Newest Post
// Posted by :Unknown
// On :Sabtu, 11 Mei 2013
Hadits Tentang Puasa Rajab
Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Hadits yang
menunjukkan keutamaan puasa Rajab secara khusus tidaklah shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya.”
(Latho’if Al Ma’arif, hal. 213). Ibnu Rajab menjelaskan pula, “Sebagian salaf
berpuasa pada bulan haram seluruhnya (bukan hanya pada bulan Rajab saja, pen).
Sebagaimana hal ini dilakukan oleh Ibnu ‘Umar, Al Hasan Al Bashri, dan Abu
Ishaq As Sabi’iy. Ats Tsauri berkata, “Bulan haram sangat kusuka berpuasa di
dalamnya.” (Latho’if Al Ma’arif, hal. 214).
Ibnu Rajab kembali berkata, “Tidak
dimakruhkan jika seseorang berpuasa Rajab namun disertai dengan puasa sunnah
pada bulan lainnya. Demikian pendapat sebagian ulama Hambali. Seperti misalnya
ia berpuasa Rajab disertai pula dengan puasa pada bulan haram lainnya. Atau
bisa pula dia berpuasa Rajab disertai dengan puasa pada bulan Sya’ban.
Sebagaimana telah disebutkan bahwa Ibnu ‘Umar dan ulama lainnya berpuasa pada
bulan haram (bukan hanya bulan Rajab saja). Ditegaskan pula oleh Imam Ahmad
bahwa siapa yang berpuasa penuh pada bulan Rajab, maka saja ia telah melakukan
puasa dahr yang terlarang (yaitu berpuasa setahun penuh).” (Latho’if Al
Ma’arif, hal. 215).
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Setiap hadits
yang membicarakan puasa Rajab dan shalat pada sebagian malam (seperti shalat
setelah Maghrib pada malam-malam pertama bulan Rajab, pen), itu berdasarkan
hadits dusta.” (Al Manar Al Munif, hal. 49).
Penulis Fiqh Sunnah, Syaikh Sayyid Sabiq rahimahullah berkata, “Adapun puasa
Rajab, maka ia tidak memiliki keutamaan dari bulan haram yang lain. Tidak ada
hadits shahih yang menyebutkan keutamaan puasa Rajab secara khusus. Jika pun
ada, maka hadits tersebut tidak bisa dijadikan dalil pendukung.” (Fiqh Sunnah,
1: 401).
Sebagaimana dinukil oleh Sayyid Sabiq
dalam Fiqh Sunnah (1: 401), Ibnu Hajar Al Asqolani berkata, “Tidak ada dalil
yang menunjukkan keutamaan puasa di bulan Rajab atau menjelaskan puasa tertentu
di bulan tersebut. Begitu pula tidak ada dalil yang menganjurkan shalat malam
secara khusus pada bulan Rajab. Artinya, tidak ada dalil shahih yang bisa jadi
pendukung.”
Syaikh Sholih Al Munajjid hafizhohullah berkata, “Adapun mengkhususkan
puasa pada bulan Rajab, maka tidak ada hadits shahih yang menunjukkan keutamaannya
atau menunjukkan anjuran puasa saat bulan Rajab. Yang dikerjakan oleh sebagian
orang dengan mengkhususkan sebagian hari di bulan Rajab untuk puasa dengan
keyakinan bahwa puasa saat itu memiliki keutamaan dari yang lainnya, maka tidak
ada dalil yang mendukung hal tersebut.” (Fatwa Al Islam Sual
wal Jawab no. 75394)
Puasa Hari Tertentu dari Bulan Rajab
Komisi Fatwa Kerajaan Saudi Arabia
pernah ditanya, “Diketahui bahwa di bulan Rajab dianjurkan untuk melaksanakan
puasa sunnah. Apakah puasa tersebut dilakukan di awal, di tengah ataukah di
akhir.”
Jawaban dari para ulama yang duduk di komisi tersebut, “Yang tepat,
tidaklah ada hadits yang membicarakan puasa khusus di bulan Rajab selain hadits
yang dikeluarkan oleh An Nasa-i dan Abu Daud, hadits ini dishahihkan oleh Ibnu
Khuzaimah dari hadits Usamah, ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku
tidaklah pernah melihatmu berpuasa yang lebih bersemangat dari bulan Sya’ban.” Beliau bersabda, “Bulan Sya’ban adalah waktu saat manusia itu lalai, bulan tersebut terletak
antara Rajab dan Ramadhan. Bulan Sya’ban adalah saat amalan diangkat pada
Allah, Rabb semesta alam. Oleh karenanya, aku suka amalanku diangkat sedangkan
aku dalam keadaan berpuasa.” (HR. Ahmad 5: 201, An Nasai dalam Al Mujtaba 4:
201, Ibnu Abi Syaibah (3: 103), Abu Ya’la, Ibnu Zanjawaih, Ibnu Abi ‘Ashim, Al
Barudi, Sa’id bin Manshur sebagaimana disebutkan dalam Kanzul ‘Amal 8: 655).
Yang ada hanyalah hadits yang sifatnya umum yang memotivasi untuk melakukan
puasa tiga setiap bulannya dan juga dorongan untuk melakukan puasa pada ayyamul bidh yaitu 13, 14, 15 dari bulan hijriyah.
Juga dalil yang ada sifatnya umum yang berisi motivasi untuk melakukan puasa
pada bulan haram (Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab). Begitu pula ada
anjuran puasa pada hari Senin dan Kamis. Puasa Rajab masuk dalam keumuman
anjuran puasa tadi. Jika engkau ingin melakukan puasa di bulan Rajab, maka
pilihlah hari-hari yang ada dari bulan tersebut. Engkau bisa memilih puasa padaayyamul bidh atau puasa Senin-Kamis. Jika tidak, maka
waktu puasa pun bebas tergantung pilihan. Adapun pengkhususan bulan Rajab
dengan puasa pada hari tertentu, kami tidak mengetahui adanya dalil yang
mensyari’atkan amalan tersebut.
Hanya Allah yang memberi taufik.
Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
السؤال : هناك أيام
تصام تطوعا في شهر رجب ، فهل تكون في أوله أو وسطه أو آخره؟
جـ:
لم تثبت أحاديث خاصة
بفضيلة الصوم في شهر رجب سوى ما أخرجه النسائي وأبو داود وصححه ابن خزيمة من حديث
أسامة قال: (( قلت: يا رسول الله، لم أرك تصوم من شهر من الشهور ما تصوم من شعبان،
قال: ذلك شهر يغفل عنه الناس بين رجب ورمضان، وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب العالمين
فأحب أن يرفع عملي وأنا صائم )) [ أحمد (5 / 201)، والنسائي في [المجتبى] (4 /
201)، وابن أبي شيبة (3 / 103)، وأبو يعلى، وابن زنجويه، وابن أبي عاصم،
والبارودي، وسعيد بن منصور كما في [كنز العمال] (8 / 655) ]
وإنما وردت أحاديث عامة
في الحث على صيام ثلاثة أيام من كل شهر والحث على صوم أيام البيض
من كل شهر وهو الثالث
عشر والرابع عشر والخامس عشر والحث على صوم الأشهر الحرم، وصوم يوم الإثنين
والخميس، ويدخل رجب في عموم ذلك، فإن كنت حريصا على اختيار أيام من الشهر فاختر
أيام البيض الثلاث أو يوم الإثنين والخميس وإلا فالأمر واسع، أما تخصيص أيام من
رجب بالصوم فلا نعلم له أصلا في الشرع.
وبالله التوفيق. وصلى
الله على نبينا محمد، وآله وصحبه وسلم.
اللجنة الدائمة للبحوث
العلمية والإفتاء
الرئيس
عبدالعزيز بن عبدالله
بن باز
نائب الرئيس
عبد الرزاق عفيفي
عضو
عبد الله بن عبد الرحمن
بن غديان
عضو
عبد الله بن قعود
(( المصدر )) : فتاوى
اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء - (ج2/ص50
Yang menandatangani fatwa ini: Syaikh
‘Abdul ‘Aziz bin Baz selaku ketua, Syaikh ‘Abdurrozaq ‘Afifi selaku wakil
ketua, Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman Ghudayan dan Syaikh ‘Abdullah bin
Qu’ud selaku anggota. (Sumber Fatwa Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah
wal Ifta’, 2: 50).